Bagaimana Bromo Terbentuk – Sejarah asal muasal Bromo berasal menarik untuk dikulik mengingat saat ini gunung tersebut berdiri kokoh dan memiliki keindahan yang memukau. Dilansir dari beberapa sumber, Gunung Bromo terbentuk dari dua gunung yang saling berdempetan satu sama lain. Simak pembahasan berikut ini untuk informasi lebih lengkap.
Bagaimana Bromo Terbentuk Menurut Berbagai Sumber?
Daftar Isi
-
Terbentuknya Bromo Berdasarkan Catatan Peristiwa
Awalnya Gunung Bromo muncul dari dua gunung yang saling berdempetan, begitu pula dengan lautan pasirnya. Gunung Bromo atau dulunya disebut Gunung Tengger dulunya terkenal sebagai gunung terbesar dan tertinggi pada masanya dengan ketinggian mencapai 4.000 mdpl.
Setelah itu Gunung Tengger mengalami letusan kecil dan menyebabkan materi vulkanik terlempar ke arah tenggara hingga membentuk lembar besar. Sementara kaldera dengan diameter kurang lebih delapan kilometer muncul akibat letusan dahsyat.
Bagaimana Bromo terbentuk menurut sejarah? Di dalam kaldera terjadi aktivitas yang memicu terjadinya letusan lanjutan dan menyebabkan materi vulkanik menumpuk sehingga muncullah kawasan lautan pasir.
Pada waktu itu kaldera dipercaya pernah terisi oleh air dan memunculkan adanya lorong magma. Lorong magma tersebut menjadi penyebab munculnya gunung-gunung baru seperti Gunung Kursi, Gunung Widodaren, Gunung Batok, Gunung Watangan, dan tentunya Gunung Bromo.
-
Terbentuknya Bromo Menurut Mitologi Jawa
Bagaimana Bromo terbentuk menurut mitologi? Asal mula terbentuknya Bromo menurut mitologi Jawa yaitu dimulai dari kisah peninggalan Kerajaan Majapahit. Alkisah terdapat seorang gadis cantik bernama Rara Anteng. Ia adalah sosok perempuan rupawan sampai orang mengiranya bahwa sang gadis adalah titisan dewa.
Parasnya yang cantik itu telah terkenal ke seluruh penjuru negeri sampai membuat banyak orang melamarnya. Akan tetapi semua lamaran tersebut tidak ada yang diterima oleh Rara Anteng.
Pada satu kesempatan kebiasaannya tersebut tiba-tiba terhenti lantaran seseorang bernama Bajak atau Kyai Bima yang terkenal sakti. Sebetulnya Rara Anteng tidak berniat menerima lamaran, tetapi mengajukan persyaratan sulit sebagai upaya untuk menolak. Adapun syarat yang diajukan adalah Bajak harus membuat lautan pasir di gunung dalam waktu semalam saja, yaitu sebelum bunyi ayam berkokok.
Tentu saja syarat tersebut diterima dengan berani oleh Bajak dan membuat Rara Anteng gelisah. Akhirnya Rara Anteng pun bertindak curang dengan mengajak perempuan di desa untuk membakar jerami dan menabuh lesung demi menggagalkan upaya Bajak. Upaya tersebut membuat ayam jantan berkokok sehingga menunjukkan waktu telah pagi.
Hal ini menimbulkan kekesalan bagi Bajak karena gagal memenuhi syarat untuk meminang Rara Anteng. Akhirnya batok kelapa yang dipakai mengeruk pasir, dia lemparkan begitu saja dalam keadaan terbalik hingga sampai membentuk sebuah Gunung Batok yang ada di kawasan Bromo.
Darimana Suku Tengger Penduduk Bromo Berasal?
-
Asal-usul Suku Tengger
Bagaimana Bromo terbentuk dan ada apa di sekelilingnya? Berdasarkan catatan sejarah Gunung Bromo dihuni oleh suku Tengger yang asalnya dari Kerajaan Majapahit. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Kawasan Taman Nasional Bromo menyimpan banyak bukti arkeologi yang menunjukkan asal-usul kehidupan masyarakat Tengger.
Misalnya saja adanya sebuah prasasti kuno yang membuktikan bahwa terdapat sebuah desa yang disebut Walandhit. Letaknya ada di pegunungan Tengger dan dipercaya sebagai tempat suci sejak lampau yaitu 929 Masehi. Asal-usul tersebut semakin kuat dengan ditemukannya prasasti kuningan yang erat kaitannya dengan tradisi keagamaan Hindu dan Budha pada zaman Majapahit.
Penemuan-penemuan itu sejalan dengan kebiasaan yang dilakukan oleh suku Tengger sampai saat ini termasuk menjalankan berbagai ritual dan upacara keagamaan.
-
Tradisi Suku Tengger
Suku Tengger terkenal dengan masyarakatnya sangat menghargai budaya dan tradisi keagamaan yang dianut. Dimulai dari upacara Kasada yang merupakan hari raya bagi penduduk Tengger yang beragama Hindu. Upacara ini dilaksanakan di Gunung Bromo dengan membawa sesaji ke Pura Luhur Poten Agung dalam bentuk hasil pertanian dan peternakan. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mendoakan keselamatan bagi alam semesta.
Selanjutnya ada Hari Raya Karo yang dirayakan selepas upacara Kasada. Tradisi ini dimakai sebagai asal mula kelahiran manusia melalui perkawinan yang dikehendaki oleh Sang Hyang Widiwasa.
Terakhir ada Tradisi Unan-unan yang bertujuan untuk membersihkan desa dari segala risiko malapetaka. Unan-unan sendiri memiliki arti “berkurang” yang berasal dari kata tuno. Dimana kekurangan tersebut merujuk pada hari pada setiap bulan yang umumnya berjumlah 30 hari. Namun pada bulan tertentu hanya ada 29 hari dan kekurangan tersebut perlu dilengkapi untuk menghindari malapetaka.
-
Tempat Tinggal
Umumnya suku Tengger mendiami wilayah di sekitar Bromo, Tengger, dan Semeru sehingga mereka juga sering dikenal dengan sebutan Wong Bromo. Namun ada sebagian masyarakat suku Tengger yang tinggal di daerah lain seperti Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Hal ini tidak mengherankan karena keempat daerah tersebut merupakan titik masuk menuju Gunung Bromo.
Suku Tengger mempunyai budaya yang cukup unik, termasuk dialek bahasa yang berbeda dari bahasa Jawa pada umumnya dan tidak memiliki tingkatan bahasa. Sebagian besar dari penduduk menganut agama Hindu dengan ajaran yang telah berakulturasi dengan budaya asli mereka.
Jadi bagaimana Bromo terbentuk bisa dilihat dari segi peristiwa dan fakta, serta juga menurut kisah legenda kepercayaan masyarakat sekitar seperti di atas. Dan akan lebih menarik, kalau Anda bisa liburan bareng Nahwa Tour dengan fasilitas tour guidenya. Dengan begitu, Anda bisa makin paham tentang info menarik seputar Bromo. Booking langsung paket wisata Bromo di 081 222 431 414.