Apa Hikmah yang Dapat Kamu Ambil dari Legenda Gunung Bromo – Keberadaan Gunung Bromo banyak dipercaya berasal dari kisah-kisah zaman dulu yang berkaitan dengan tokoh-tokoh pada zaman kerajaan Majapahit.
Mungkin Anda belum tahu, tapi rupanya ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ingin tahu apa saja hikmah yang bisa diambil? Simak dalam artikel berikut ini.
Bagaimana Kisah Legenda Suku Tengger di Gunung Bromo?
Daftar Isi
Untuk tahu bagaimana legenda Gunung Bromo yang sampai sekarang masih diyakini oleh masyarakat suku Tengger. Dimana alkisah ada sepasang suami istri yang bernama Joko Seger dan Roro Anteng. Sang istri sendiri merupakan seorang tuan putri dari Kerajaan Majapahit, sementara suaminya adalah anak Brahmana.
Meski begitu, mereka memutuskan menikah dan hidup sederhana sebagai peternak dan petani di kaki Gunung Bromo. Sayangnya pasangan ini sudah lama tidak dikaruniai anak sehingga mereka memohon pada Dewa yang mengabulkan permintaan mereka. Tapi tentunya dengan satu syarat, yaitu anak bungsu mereka harus mau dikorbankan.
Setelah akhirnya pasangan suami istri tersebut memiliki buah hati hingga 25 anak laki-laki. Mereka pun teringat akan janji yang harus ditepati, yaitu mengorbankan anak yang terakhir ke dalam Kawah Gunung Bromo.
Akan tetapi, Roro Anteng dan Joko Seger tidak memenuhi janji tersebut dan malahan ingin menggantinya dengan persembahan lain berupa hasil ternak dan pertanian mereka. Namun, sang Dewa menolaknya dan meminta agar pasangan ini menepati janji mereka. Jika tidak, maka sang Dewa akan memberikan malapetaka serta semburan api dari kawah tersebut.
Sehingga mau tidak mau, Roro Anteng dan Joko Seger pun mengorbankan anak laki-laki bungsunya yang diberi nama Kusuma. Kawah Gunung Bromo pun menelan Kusuma yang dengan rela dikorbankan. Sang anak juga meminta masyarakat yang tinggal di gunung tersebut selalu mengadakan upacara Kasada sambil memberikan persembahan hasil bumi mereka.
Baca juga : Sejarah Objek Wisata Bromo
Apa Hikmah yang Dapat Kamu Ambil dari Legenda Gunung Bromo?
-
Menepati Janji
Hikmah pertama yang bisa diambil dari legenda Gunung Bromo adalah pentingnya menepati janji. Dari kisah Roro Anteng dan Joko Seger, mereka berhasil menepati janji kepada Sang Hyang Widhi untuk mengorbankan putra terakhir mereka, Kusuma.
Janji ini muncul ketika kedua memohon dikarunia anak dan akhirnya dikabulkan. Dari sini dapat dipetik pelajaran bahwa apa yang diucapkan atau disetujui harus dipenuhi. Apabila janji yang telah dibuat tidak dilakukan atau diabaikan, bisa jadi ada risiko lain yang mungkin menanti.
-
Rela Berkorban
Masih berhubungan dengan Roro Anteng dan Joko Seger, hikmah lain yang bisa dipetik dari kisah keduanya adalah kebaikan dari rela berkorban. Meskipun keduanya tidak rela untuk mengorbankan anak mereka, tetap saja Roro Anteng dan Joko Seger melaksanakan janji tersebut. Dan beruntungnya anak mereka Kusuma mengerti dan rela berkorban.
Dengan rela berkorban masing-masing dapat memberikan kedamaian dan keberkahan bagi kehidupan orang lain.
-
Pentingnya Kekeluargaan
Apa hikmah yang dapat kamu ambil dari legenda Gunung Bromo sebagai pelajaran? Ada banyak hikmah lain yang bisa dipetik dari legenda Gunung Bromo, termasuk bagaimana Roro Anteng dan Joko Seger mengatasi permasalahan janji dengan anak-anaknya.
Dengan memberikan pengertian yang baik dan pendekatan kekeluargaan membuat anak-anak mereka mengerti perihal janji yang harus ditepati oleh semua. Termasuk bagaimana Kusuma rela mengorbankan diri demi keluarganya agar terhindar dari bencana karena melanggar janji kepada Sang Hyang Widi.
-
Sikap Gotong Royong
Sikap gotong-royong sudah tercermin sejak Kerajaan Majapahit dan dikisahkan dalam beberapa legenda yang berhubungan dengan Gunung Bromo. Di antaranya kisah Roro Anteng yang meminta bantuan gadis-gadis desa untuk menggagalkan usaha salah satu pria untuk melamarnya.
Sikap gotong-royong tersebut hingga saat ini masih diterapkan oleh Suku Tengger dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat terlihat dari kompaknya masyarakat dalam menyukseskan berbagai tradisi rutin Suku Tengger.
-
Sikap Peduli
Apa hikmah yang dapat kamu ambil dari legenda Gunung Bromo sebagai pedoman dalam bertindak? Dari sisi Kusuma, yaitu anak laki-laki dari pasangan Roro Anteng dan Joko Seger, maka dapat diambil hikmah tentang kepedulian kepada orang lain.
Kisah ini mengajarkan bagaimana sikap peduli dapat membantu orang lain. Terutama kepada orang tuanya yang telah membesarkannya hingga menjadi sosok membanggakan. Hal ini juga dapat menjadi bentuk bakti seorang anak kepada orang tuanya.
Upacara Apa Saja yang Diselenggarakan Suku Tengger Berdasarkan Sejarah Masa Lalu?
-
Upacara Yadnya Kasada
Upacara ini dikenal sebagai salah satu ritual persembahan yang diisi dengan kegiatan ibadah di pura hingga pelarungan sesaji di kawah gunung. Yadnya Kasada dimaknai sebagai simbol penghormatan, bakti, dan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi dan para leluhur.
Umumnya dilaksanakan tiap tahun pada tanggal 15 bulan Kasada berdasarkan penanggalan tradisional masyarakat Tengger. Pelaksanaan Upacara Kasada pun erat kaitannya dengan kisah pengorbanan Roro Anteng dan Joko Seger.
-
Tradisi Unan-unan
Apa hikmah yang dapat kamu ambil dari legenda Gunung Bromo untuk kehidupan saat ini? Selain Upacara Kasada masyarakat Tengger juga rutin mengadakan perayaan unan-unan. Unan-unan merupakan ritual yang bertujuan untuk melengkapi kekurangan pada suatu bulan agar terhindar dari segala malapetaka.
Tradisi ini diisi dengan berbagai jenis kegiatan termasuk arak-arakan sesaji yang sebagian besar berupa hasil ternak yang disembelih kemudian diolah.
Jadi apa hikmah yang dapat kamu ambil dari legenda Gunung Bromo di atas bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya sikap kepedulian, menepati janji, rela berkorban, gotong royong, dan pentingnya kekeluargaan.
Agar lebih memaknai legenda dan kisah masyarakat Suku Tengger di atas, Anda pun bisa coba berwisata langsung ke Gunung Bromo. Akan lebih menyenangkan bersama open atau private trip Bromo Nahwa Tour yang bisa dihubungi kapan saja di 081 222 431 414.