Aktivitas Masyarakat Sekitar Gunung Bromo – Di sekitar gunung Bromo yang saat ini menjadi tempat wisata, tentu ada masyarakat lokal yang tinggal di sekitarnya dan melakukan berbagai aktivitas normal sebagaimana masyarakat biasanya. Lantas tahukah kamu apa aktivitas masyarakat sekitar Gunung Bromo?
Masyarakat yang hidup di sekitar Gunung Bromo sering dikenal dengan suku tengger. Nama suku ini adalah nama suku asli bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Wisatawan yang punya kilat budaya tinggi biasanya belajar banyak tentang kebiasaan dan aktivitas masyarakat tersebut.
Beberapa Aktivitas Masyarakat Sekitar Bromo
Daftar Isi
Seperti yang dikatakan sebelumnya, masyarakat yang hidup di sekitar Gunung Bromo sama halnya dengan masyarakat pada umumnya yang punya kata pencaharian dan budaya tersendiri. Berbagai aktivitas dan budaya tersebut menjadi ciri khas masyarakat suku tengger.
Namun tahukah kamu apa saja aktivitas masyarakat sekitar Gunung Bromo yang biasa dilakukan? Yuk simak berikut ini beberapa penjelasan tentang aktivitas masyarakat suku Tengger:
-
Bertani
Suku tengger atau masyarakat asli sekitar Bromo mayoritas beragama Hindu. Dan kaum Hindu biasanya memiliki budaya bercocok tanam atau bertani.mulai dari padi hingga umbi-umbian menjadi tanaman yang dibudidayakan.
Tanaman seperti jagung juga dikelola dalam pertanian masyarakat tersebut. Maka jangan heran jika di sana banyak penjual jagung bakar. Alih-alih jagung bakar sebagai camilan di suhu yang dingin, masyarakat sekitar sana juga membudidayakannya di lahan pertanian mereka.
Selain itu, bertani bunga-bunga Gunung juga menjadi aktivitas kebanyakan masyarakat sekitar Gunung Bromo. Inilah mengapa banyak di sekitar wisata Bromo yang menjual bunga-bunga Gunung dan sudah dikemas dalam balita pengemasan yang unik dan praktis.
-
Menyediakan Jasa Transportasi
Karena masyarakat suku tengger hidup di sekitar kawasan wisata, maka sudah sewajarnya jika aktivitas mereka tidak jauh dari kegiatan yang mendukung wisata itu sendiri. Masyarakat yang hidup di sekitar kawasan Bromo banyak mendirikan jasa penyedia transportasi.
Tranportasi yang disediakan biasanya ada Jeep, motor gunung, bahkan kuda yang difungsikan sebagai transportasi. Jasa transportasi ini juga sangat bermanfaat bagi para pendatang atau wisatawan yang tidak membawa kendaraan sendiri.
Adapun jika membawa kendaraan sendiri biasanya ada kebiasaan bahwa masyarakat lokal sana saja yang harus menyetir atau mengemudikannya. Hal ini mungkin punya tujuan sendiri dari pihak masyarakat Bromo tersebut.
Namun aturan tersebut juga bisa menguntungkan para pendatang karena bisa meminimalisir resiko tersasar dan halangan lainnya yang bisa saja terjadi selama ada di sana.
-
Berdagang
Selain menjadi penyedia jasa transportasi, aktivitas masyarakat sekitar Gunung Bromo juga kebanyakan merupakan pedagang. Baik itu berjualan aksesoris oleh-oleh hingga warung makanan yang bergeser di pinggir jalan.
Ada juga masyarakat lokal sana yang berdagang bunga gunung sebagai oleh-oleh untuk para wisatawan yang menginginkan hal lebih unik dari Bromo. Selain itu, banyak juga warga sekitar sana yang berjualan dan menyewakan baju hangat bagi para wisatawan.
Aksesoris-aksesoris hangat juga dijual dan disewakan oleh warga sekitar. Tentu saja hal ini menjadi peluang bisnis tersendiri bagi warga sekitar Gunung Bromo.
-
Beribadah di Pura
Sebagai masyarakat Bromo yang dominan beragama Hindu, sudah pasti di sekitar kawasan Bromo terdapat Pura yang dijadikan sebagai tempat ibadah. Tak jarang para wisatawan juga berfoto di depan Pura karena keunikan bangunannya.
Beribadah di Pura ini juga menjadi aktivitas yang tidak boleh dilewatkan oleh masyarakat sekitar Bromo. Namun tidak semua masyarakat melaksanakan ibadah ini karena ada juga masyarakat sekitar Bromo yang beragama Islam. Hanya saja memang mayoritas di sana beragam Hindu.
-
Berkuda
Berkuda juga menjadi bagian dari aktivitas harian sebagian besar masyarakat sekitar Gunung Bromo. Bagaimana tidak, masyarakat sekitar juga menyewakan kudanya bagi para wisatawan. Mala sudah sepatutnya masyarakat sekitar juga punya keahlian menunggangi kuda.
Para warga sekitar Bromo biasanya melakukan aktivitas berkuda di hambatan pasir berbisik. Hal ini juga menjadi bentuk latihan bagi warga sekitar agar bisa memandu wisatawan yang butuh menyewa kuda selama di sana.
Selain itu kegiatan berkuda ini juga untuk melatih kuda yang diternak atau dirawat oleh warga suku tengger yang tinggal sekitar Bromo.
Maka tak heran jika warga suku tengger yang hidup di sekitar Gunung Bromo juga berteriak kuda. Kebanyakan warga asli sana memiliki kuda yang siap ditunggangi.
-
Melakukan Upacara Yadnya Kasada
Upacara Yadnya Kasada merupakan salah satu upacara agama Hindu sekaligus budaya suku tengger yang beragama Hindu. Adapun upacara yang satu ini memiliki tujuan persembahan yang diperuntukkan bagi Sang Hyang Widi.
Sang Hyang Widi merupakan Tuhan bagi kaum Hindu. Persembahan yang dilakukan masyarakat ini adalah untuk berterima kasih atas karunia yang diberikan atau dianugerahkan kepada suku tengger. Karena kunikannya, upacara ini sudah menjadi ikon tersendiri untuk wisata Bromo.
Banyak wisatawan yang tertarik dengan keunikan upacara budaya dan agama yang satu ini. Bentuk persembahan pada upacara Yadnya Kasada biasanya adalah kurban yang akan diberikan pada leluhur di Kawah Gunung Bromo.
Aktivitas masyarakat sekitar Gunung Bromo berupa upacara Yadnya Kasada ini dilaksanakan pada malam hari dan akan diakhiri saat matahari terbit. Meskipun mungkin tidak dilakukan setiap hari, namun warga suku tengger kerap melakukan Upacara ini di momen-momen tertentu.
-
Merayakan Hari Raya Karo
Hari raya Karo merupakan hari rayanya suku tengger. Bisa dibilang hari raya Karo ini sudah menjadi hari raya budaya terbesar yang ada di suku tengger dan biasanya paling dinanti oleh masyarakat sekitar Gunung Bromo.
Pelaksanaan hari raya Karo biasanya adalah setelah perayaan hari raya Nyepi. Lantas apa saja ktivitas dalam hari raya ini? Diantara aktivitas yang dilakukan pada hari raya budaya ini adalah seperti unjuk seni adat, pawai hasil bumi, hingga silaturahmi ke tetangga dan sanak saudara.
Adapun dalam hari raya Karo ini juga terdapat aktivitas seperti ritual khusus saat memulai hari raya ini. Ritual ini dilakukan secara sakral dan dipimpin oleh seseorang yang khusus dan dianggap sebagai ratu atau dukun. Biasanya ratu atau dukun ini adalah seorang pria.
Seseorang yang dianggap ratu atau dukun ini adalah seseorang yang sudah terbiasa memimpin doa dalam berbagai upacara adat.
-
Naik Turun Gunung
Bagi wisatawan, aktivitas naik turun gunung mungkin masih menjadi aktivitas yang belum terbiasa dilakukan namun menyenangkan. Hal ini berbeda dengan masyarakat sekitar Gunung Bromo yang juga melakukan aktivitas naik turun gunung.
Saat upacara budaya yang diadakan di puncak kawah Bromo, masyarakat sana tentu saja akan naik turun gunung. Namun biasanya untuk aktivitas harian tertentu, masyarakat suku tengger juga sering naik turun gunung. Inilah mengapa warga sana lebih tahu kondisi Gunung Bromo.
Dari berbagai aktivitas masyarakat sekitar Gunung Bromo yang disebutkan di atas, kamu bisa lebih mengenal warga suku tengger dan beberapa kebiasaan atau budayanya. Secara garis besar mata pencaharian suku tengger hampir sama dengan masyarakat lain. Namun dalam hal budaya, berbeda.
Jika kamu butuh tour guide untuk perjalanan ke Bromo, Nahwa Tour siap mendampingi open trip ke wisata Bromo. Nahwa Tour adalah agen travel terbaik dengan paket wisata yang beragam, salah satunya adalah Gunung Bromo. Hubungi kami, sekarang!